Jumat, 03 Desember 2010

Alat Bantu Lahirnya Karateka Unggul

Alat Bantu Lahirnya Karateka Unggul

Banyak karateka yang lupa bahwa disamping mereka melakukan Latihan Wajib seperti Warming-up, Basic / Kihon, Gerakan pelenturan badan atau disebut taisyo ala karateka yang memaksa badan yang kaku menjadi lemas, Kata / Kembangan, Kumite bebas (Jiyu Kumite), Kumite dengan perjanjian (Yakusoku – Kumite), Naifu Kumite (Beladiri Karate) dan lain-lain.

Salah satu alat pembantu yang penting adalah MAKIWARA, yang terbuat dari sepotong papan panjang (+-) 1.80 M dan tebal (+-) 13 mm dan dengan keadalaman (+-)30 Cm ditanah dan sebagian atasnya dililit dangan tali rami atau sabut atau asbes atau karet ban mobil maka latihan pembentukkan pun dapat dimulai.

Pukul lah atau tendanglah dengan memakai seiken (kepalan dua jari tengah), Empi (siku), Mae Geri / Mawashi Geri, Uraken, shuto (tangan terbuka), dianjurkan latihannya 50 kali minimum perhari, 100 kali maximum, maka setelah selang beberapa hari anda akan menjadi Karateka yang andal dan Shuto, Empi, Geri, Tsuki akan menjadi dahsyat dalam penampilannya dan konon sangat berbahaya untuk perkelahian bebas, namun sangat bagus untuk penampilan karate. Silakan coba sekarang! Kenapa Tidak ?

Dasar dalam Latihan

Alat Bantu Lahirnya Karateka Unggul

Banyak karateka yang lupa bahwa disamping mereka melakukan Latihan Wajib seperti Warming-up, Basic / Kihon, Gerakan pelenturan badan atau disebut taisyo ala karateka yang memaksa badan yang kaku menjadi lemas, Kata / Kembangan, Kumite bebas (Jiyu Kumite), Kumite dengan perjanjian (Yakusoku – Kumite), Naifu Kumite (Beladiri Karate) dan lain-lain.

Salah satu alat pembantu yang penting adalah MAKIWARA, yang terbuat dari sepotong papan panjang (+-) 1.80 M dan tebal (+-) 13 mm dan dengan keadalaman (+-)30 Cm ditanah dan sebagian atasnya dililit dangan tali rami atau sabut atau asbes atau karet ban mobil maka latihan pembentukkan pun dapat dimulai.

Pukul lah atau tendanglah dengan memakai seiken (kepalan dua jari tengah), Empi (siku), Mae Geri / Mawashi Geri, Uraken, shuto (tangan terbuka), dianjurkan latihannya 50 kali minimum perhari, 100 kali maximum, maka setelah selang beberapa hari anda akan menjadi Karateka yang andal dan Shuto, Empi, Geri, Tsuki akan menjadi dahsyat dalam penampilannya dan konon sangat berbahaya untuk perkelahian bebas, namun sangat bagus untuk penampilan karate. Silakan coba sekarang! Kenapa Tidak ?

Minggu, 24 Oktober 2010

Sejarah Karate Dunia

SEJARAH KARATE DUNIA:

Sejarah karate sampai saat ini tidak begitu jelas, sehingga untuk mengetahuinya sedikit banyak harus mempercayai dari cerita dan legenda.

Sejarah karate sampai saat ini tidak begitu jelas, sehingga untuk mengetahuinya sedikit banyak harus mempercayai dari cerita dan legenda.

Menurut sejarah sebelum menjadi bagian dari Jepang, Okinawa adalah suatu wilayah berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan pulau-pulau tetangga. Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah Cina. Hasilnya Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina.

Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang bermacam-macam datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada orang-orang setempat. Yang di kemudian hari menginspirasi nama kata seperti Jion yang mengambil nama dari biksu Budha. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang pergi ke Cina lalu kembali ke Okinawa dan mengajarkan ilmu yang sudah diperoleh di Cina.

Pada tahun 1477 Raja Soshin di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1609 Kelompok Samurai Satsuma dibawah pimpinan Shimazu Iehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan mereka juga menghukum orang-orang yang melanggar larangan ini. Sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa-te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryukyu Kobudo (seni senjata) secara sembunyi-sembunyi. Latihan selalu dilakukan pada malam hari untuk menghindari intaian. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan arah asalnya, yaitu : Shurite , Nahate dan Tomarite.



Namun demikian pada akhirnya Okinawate mulai diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko Itosu (juga mengajari Funakoshi) sebagai instruktur pertama. Dan tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.

Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate Moderen dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868, Funakoshi belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 (ada yang pula yang mengatakan 1917) Funakoshi diundang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu.Selanjutnya pada tahun 1921, putra mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Funakoshi untuk demonstrasi. Bagi Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana. Setelah demonstrasi kedua ini Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang.

Selama di Jepang pula Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang. Seperti “Ryukyu Kempo : Karate” dan “Karate-do Kyohan”. Dan sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan universitas.

Gichin Funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang dalam kenyataannya berarti ekor harimau). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara ditiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Funakoshi menulis sebuah nama “Shoto” sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan “Kan” yang berarti ruang atau balai utama tempat muridnya-muridnya berlatih.

Simbol harimau yang digunakan karate Shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (salah satu murid pertama Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa ’’harimau tidak pernah tidur’’. Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan dari pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao.

Sekalipun Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo tahun sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru. Selanjutnya pada tahun 1949 Japan Karate Association (JKA) berdiri dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepalanya.

Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik lompatan (lihat Enpi, Kanku Dai, Kanku Sho dan Unsu), gerakan yang ringan dan cepat. Membutuhkan ketepatan waktu dan tenaga untuk melancarkan suatu teknik.

Gichin Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk menguasai manfaat dari kata. Dia memilih kata yang yang terbaik untuk penekanan fisik dan bela diri. Yang mana mempertegas keyakinannya bahwa karate adalah sebuah seni daripada olah raga. Baginya kata adalah karate. Funakoshi meninggal pada tanggal 26 April 1957.

Hingga kini 4 besar aliran karate di Jepang yaitu Shotokan, Gojuryu, Wadoryu dan Shitoryu.

Masukan ini dipos pada Januari 4, 2010 2:03 pm dan disimpan pada Uncategorized . Anda dapat mengikuti semua aliran respons RSS 2.0 dari masukan ini Anda dapat memberikan tanggapan, atau trackback dari situs anda.

Sejarah Karate Indonesia

Karate Indonesia

Sejarah Karate di Indonesia

Karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kembakli ke tanah air, setelah menyelesaikan pendidikannya di Jepang. Tahun 1963 beberapa Mahasiswa Indonesia antara lain: Baud AD Adikusumo, Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh mendirikan Dojo di Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di Indonesia, dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI) yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta.

Beberapa tahun kemudian berdatangan ex Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti Setyo Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman yang turut mengembangkan karate di tanah air. Disamping ex Mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha telah pula ikut memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia. Mereka-mereka ini antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-1969), Hayashi (Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967).

Karate ternyata memperoleh banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari berbagai macam organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut oleh masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para tokoh tersebut, sehingga menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 hasil Kongres ke IV PORKI, terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI).

Sejak FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal dengan nama Pengurus Besar/PB. telah dipimpin oleh 6 orang Ketua Umum dan periodisasi kepengurusannyapun mengalama 3 kali perobahan masa periodisasi yaitu ; periode 5 tahun (ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan periode tahun 1972 – 1977) periodisasi 3 tahun (ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk kepengurusan periode tahun 1997 – 1980) dan periodisasi 4 tahun ( Berlaku sejak kongres tahun 1980 sampai sekarang).

Adapun mereka-mereka yang pernah menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal (Umum) FORKI sejak tahun 1972 adalah sbb :

Periode/Masa Bakti Ketua Umum Sekretaris Jenderal/Umum Keterangan

1972 – 1977 Widjojo Suyono Otoman Nuh Kongres IV PORKI/FORKI 1972 di Jakarta

1977 – 1980 S u m a d i Rustam Ibrahim Kongres V FORKI 1977 di Jakarta

1980 – 1984 Subhan Djajaatmadja G.A. Pesik Kongres VI FORKI 1980 di Jakarta

1984 – 1988 R u d i n i Adam Saleh Kongres VII FORKI 1984 di Bandar Lampung

1988 – 1992 R u d i n i G.A. Pesik Kongres VIII FORKI 1988 di Jakarta

1992 – 1996 R u d i n i G.A. Pesik Kongres IX 1992 di Jakarta (Diperpanjang sd 1997)

1997 – 2001 W i r a n t o Drs. Hendardji -S,SH. Kongres X FORKI 1997 di Caringin Bogor Jawa Barat

2001 – 2005 Luhut B. Pandjaitan, MPA. Drs. Hendardji -S,SH. Konres XI FORKI 2001 di Jakarta

2005 – 2009 Luhut B. Pandjaitan, MPA. Drs. Hendardji -S,SH. Kongres XII FORKI 2005 di Jakarta



PERGURUAN KARATE ANGGOTA FORKI

1. AMURA

2. BKC (Bandung Karate Club)

3. BLACK PANTHER KARATE INDONESIA

4. FUNAKOSHI

5. GABDIKA SHITORYU INDONESIA (Gabungan Beladiri Karate-Do Shitoryu)

6. GOJUKAI (Gojuryu Karate-Do Indonesia)

7. GOJU RYU ASS (Gojuryu Association)

8. GOKASI (Gojuryu Karate-Do Shinbukan Seluruh Indonesia)

9. INKADO (Indonesia Karate-Do)

10. INKAI (Institut Karate-Do Indonesia)

11. INKANAS (Intitut Karate-Do Nasional)

12. KALA HITAM

13. KANDAGA PRANA

14. KEI SHIN KAN

15. KKNSI (Kesatuan Karate-Do Naga Sakti Indonesia)

16. KKI (Kushin Ryu M. Karate-Do Indonesia)

17. KYOKUSHINKAI (Kyokushinkai Karate-Do Indonesia)

18. LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia)

19. PERKAINDO

20. PORBIKAWA

21. PORDIBYA

22. SHINDOKA

23. SHI ROI TE

24. TAKO INDONESIA

25. WADOKAI (Wadoryu Karate-Do Indonesia)



PB. FORKI beberapa kali mendapat kepercayaan menyelenggarakan even Internasional diantaranya :

1. Menjadi tuan rumah APUKO II tahun 1976 dilaksanakan di Jakarta.

2. Menjadi tuan rumah APUKO VII tahun 1987 dilaksanakan di Jakarta.

3. Menjadi tuan rumah APUKO Junior tahun 1991 dilaksanakan di Jakarta.

Disamping even-even tersebut PB. FORKI dipercayakan juga oleh KONI Pusat sebagai penyelenggara pertandingan karate pada even Sea Games dimana Indonesia menjadi tuan rumah yaitu masing-masing :

1. Sea Games XIV tahun 1987 di Jakarta.

2. Sea Games XIX tahun 1997 di Jakarta.

PB. FORKI pernah menggelar even Internasional diluar agenda resmi dari WKF dan AKF sebagai inisiatif sendiri dari PB. FORKI yaitu “ Indonesia Open Karate Tournamen “ yang dilaksanakan di Jakarta tahun 2002.

(Diambil dari artikel sejarah PB FORKI )
Advert
Tentang Amura

Setelah sekian lama Amura Karate-Do Indonesia tidak aktif dalam kegiatan PB FORKI, kini dalam kepengurusan yang baru dan sudah disahkan oleh PB FORKI dengan SK. pengesahan Pengurus Pusat dan Dewan Guru Amura Periode 2007-2012 dengan no. 29/KPTS/PBFK/KU/IX//07 tertanggal 11 September 2007 yang ditanda tangani oleh Bapak Luhut B. Pandjaitan, MPA selaku Ketua Umum PB. FORKI dan Sekretaris Jenderal Bapak Drs. H. Hendardji S, SH.
Amura Karate-Do kembali aktif dan meramaikan dunia per-karate-an di Tanah Air tercinta ini, baik dalam event kejuaraan yang di adakan oleh PB FORKI maupun event yang digelar secara independent.
Amura Karate-Do Indonesia on Facebook
Statistik

Pengunjung hari ini : 3

Total pengunjung : 1242

October 2010 M T W T F S S
« Sep
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
Links

* BSP
* PB FORKI
* World Karate Federation

Uncategorized

* Raih 3 Medali Emas, 3 Perak, dan 6 Perunggu

Tim karate Indonesia berhasil meraih tiga medali emas, tiga perak, dan enam perunggu di SEA Games XXV/2009 Laos – Vientiane, 10 – 12 Desember 2009.

Links

* BSP
* PB FORKI
* World Karate Federation